Kisah-kisah dalam Al-Quran
Disampaikan dalam kajian majelis tasbih oleh Dr. Hj. R. Siti Pupu Fauziah, M.Pd.I
Kisah adalah peristiwa masa lampau yang direkonstruksi atau dkisahkan/diceritakan kembali dengan berdasar pada ingatan, kesan juga penafsiran seseorang.
Kisah dalam Al-Qur-an merupakan kisah yang sangat istimewa berkualitas sangat tinggi, memiliki nilai dan tujuan yang dikandungnya teramat mulia. Dan merupakan suatu keistimewaan kisah kisah yang terdapat dalam al-Qur-an tidak terdapat unsur khayalan atau sesuatu yang tidak pernah terjadi (QS. Al-Isra ayat 105).
وَبِٱلْحَقِّ أَنزَلْنَٰهُ وَبِٱلْحَقِّ نَزَلَ ۗ وَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ إِلَّا مُبَشِّرًا وَنَذِيرًا
Artinya: dan kami turunkan (al quran) itu dengan sebenar-benarnya dan al quran itu telah turun dengan (membawa) kebenaran. Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan.
Manna al-Khalil al-Qathtahn mendefinisikan qishashul quran sebagai pemberitaan Alquran tentang hal ihwal umat-umat dahulu dan para nabi, serta peristiwa-peristiwa yang terjadi secara empiris. Dan sesungguhnya Alquran banyak memuat peristiwa-peristiwa masa lalu, sejarah umat-umat terdahulu, negara, perkampungan dan mengisahkan setiap kaum dengan cara s}urat alnathiqah (artinya seolah-olah pembaca kisah tersebut menjadi pelaku sendiri yang menyaksikan peristiwa itu)
Ahmad Khalafullah dalam desertasinya, pernah menetapkan teori-teori seni bercerita ke dalam Alquran.Menurutnya, seni berkisah terbagi menjadi beberapa gaya. Diantaranya, pertama, bentuk histori (laun tarikhi) yang melibatkan pelaku-pelaku sejarah yangnyata dan kejadian yang faktual. Kedua, bentuk penggambaran (laun tamtsili) yang memperbolehkan untuk mengambil tokoh-tokoh khayalan dan fiktif dan kejadian-kejadiannya tidak harus faktual. Ketiga, bentuk legenda (laun usthuri) yang dibangun diatas dongeng-dongengan legendaris kemasyarakatan. Kisah bentuk ini biasanya ditemukan dalam masyarakat primitive yang mempercayai mitos-mitos.
Tujuan Kisah dalam Al-Qur-an
Pertama, Untuk menetapkan bahwa nabi Muhammad benar-benar menerima wahyu dari Allah bukan berasal dari orang-orang ahli kitab seperti Yahudi dan Nashrani. Kisah-kisah Alquran menjadi bukti kenabian (mukjizat) bagaimana mungkin Rasullullah saw yang ummiy dapat menceritakan kisa-kisah umat terdahulu dan cerita yang akan datang jika tidak mendapatkan wahyu dari Allah swt.
Kedua, penghibur kagalauan hati Rasulullah Saw dan meneguhkan jiwanya dalam mengemban risalah dakwah, karena nabi-nabi pendahulunya pun mengalami fenomena kehidupan yang sama. Dengan kata lain, sebagai motifasi Rasulullah saw dan para da-i pengusung syari-at Islam. Dengan mengetahui kisahkisah para nabi bersama kaumnya maka mereka akan menemukan ruh baru.
Ketiga, merubah pandangan ahli kitab bahwa umat Islam adalah umat yang buta huruf sekaligus menghilangkan kesan bahwa umat Islam adalah umat yang bodoh dan mengoreksi pendapat para ahli kitab yang suka menyembunyikan keterangan dan petunjuk-petunjuk kitab sucinya sebelum diubah dan diganti oleh mereka sendiri.
Keempat, pengungkapan cerita Alquran menggunakan gaya bahasa yang deskriptif dan dialogis. Gaya pengungkapan seperti ini belum pernah dipakai oleh bangsa Arab dalam bahasa sastranya pada waktu itu sehingga bisa dikatakan bahwa Alquran memberikan inovasi baru dalam dunia sastra Arab pada zamannya. Gaya ini juga merupakan bentuk i-jaz Alquran.
Kelima, memberikan pengetahuan tentang syariat umat terdahulu, sehingga keindahan syari-at Islam akan nampak jelas bila dibandingkan dengan syariat mereka. Mungkin ini juga salah satu rahasia Alquran yang jarang sekali menyebutkan pelaku kisah dalam Alquran kecuali hanya menyebutkan sisi-sisi positif yang mengandung teladan saja.
Keenam, mengikuti perjalanan sejarah, baik berupa jatuh-bangunnya peradaban manusia, dan menjelaskan tatanan-tatanan pondasi masyarakat madani seperti kisah nabi Yusuf a.s sewaktu menjadi pejabat dan kisah para pengawalnya yang menggeledah saudara-saudaranya ketika kehilangan cawan milik kerajaan
Ketujuh, menguatkan wahyu yang diterima Nabi Muhammad SAW mengenai kisah-kisah umat terdahulu, sebab tidak ada yang menegtahui kisah tersebut kecuali Allah SWT.15 Allah Berfirman:. itu adalah di antara berita-berita penting tentang yang ghaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum ini. Maka bersabarlah; Sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ اَحْسَنَ الْقَصَصِ بِمَآ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ هٰذَا الْقُرْاٰنَۖ وَاِنْ كُنْتَ مِنْ قَبْلِهٖ لَمِنَ الْغٰفِلِيْنَ
Terjemahan :
Kami menceritakan kepadamu (Muhammad) kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur-an ini kepadamu, dan sesungguhnya engkau sebelum itu termasuk orang yang tidak mengetahui.
Tafsir Ringkas Kemenag RI
Allah menurunkan ayat ini dan sesudahnya ketika sekelompok orang Yahudi meminta Nabi Muhammad menceritakan kisah Nabi Yusuf dan Nabi Yakub, lalu turunlah ayat berikut ini. Kami akan menceritakan kepadamu wahai Nabi Muhammad suatu kisah umat-umat terdahulu untuk menguatkan hatimu dan menjadi pelajaran bagi umatmu. Kisah ini adalah kisah yang paling baik karena sarat dengan pesan, nasihat, dan pelajaran yang diuraikan dengan susunan bahasa yang indah dan menarik. Kisah itu Kami turunkan dengan mewahyukan Al-Qur-an ini kepadamu, dan sesungguhnya engkau sebelum Kami mewahyukannya itu termasuk orang yang tidak mengetahui tentang kisah-kisah umat terdahulu. Kisah-kisah para nabi dan orang-orang saleh yang dipaparkan dalam Al-Qur-an adalah menjadi pelajaran bagi umat Nabi Muhammad, karena sarat dengan pesan-pesan moral serta nasihat.
Qashashul Quran Manna Al-Qathan, membagi qashas Al-Quran dalam tiga bagian, yaitu :
1. Kisah para nabi terdahulu :
Bagian ini berisikan ajakan para nabi kepada kaumnya, mukjizat-mukjizat dari Allah yang memperkuat dakwah mereka, sikap orang-orang yang memusuhinya, serta tahapan-tahapan dakwah perkembangannya, dan akibat yang menimpa orang beriman dan orang yang mendustakan para nabi. Contohnya:
a. Kisah Nabi Adam (QS.Al-Baqarah : 30-39. Al-Araf : 11 dan lainnya);
b. Kisah Nabi Nuh (QS.Hud : 25-49);
c. Kisah Nabi Hud (QS. Al-A‟Raf: 65, 72, 50, 58);
d. Kisah Nabi Idris (QS.Maryam: 56-57, Al-Anbiya: 85-86);
e. Kisah Nabi Yunus (QS.Yunus: 98, Al-An‟am: 86-87);
f. Kisah Nabi Luth (QS.Hud: 69-83);
g. Kisah Nabi Salih (QS.Al-A‟Raf: 85-93);
h. Kisah Nabi Musa (QS.Al-Baqarah: 49, 61, Al-A‟raf: 103-157) dST
2. Kisah yang berhubungan dengan kejadian pada masa lalu dan orangorang yang tidak disebutkan kenabiannya:
a. Kisah tentang Luqman (QS.Luqman: 12-13);
b. Kisah tantang Dzul Qarnain (QS. Al-Kahfi: 83-98);
c. Kisah tentang Ashabul Kahfi (QS.Al-Kahfi: 9-26);
d. Kisah tentang thalut dan jalut (QS.Al-Baqarah: 246-251);
e. Kisah tentang Yajuj Ma‟fuz (QS.Al-Anbiya: 95-97);
f. Kisah tentang bangsa Romawi (QS.Ar-Rum: 2-4).
g. Kisah tentang Maryam (QS. Ali Imron: 36-45, dll)
h. Kisah tentang Fir‟aun (QS. Al-Baqarah: 49-50,dll)
i. iKisah tentang Qorun (QS. Al-Qashash: 76-79,dll)
3. Kisah-kisah yang terjadi pada masa Rasulullah:
a. Kisah tentang Ababil (QS.Al-Fil: 1-5)
b. Kisah tentang hijrahnya Nabi SAW (QS.Muhammad: 13)
c. Kisah tentang perang Badar dan Uhud (QS. Ali Imran);
d. Kisah tentang perang hunain dan At-Tabuk (QS. Taubah).
Hikmah dari kisah-kisah yang diceritakan dalam al Quran sangat banyak sekali, di antaranya yang paling penting adalah:
Pertama,
sebagaimana yang Allah sebutkan dalam firmanNya
فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
“Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir” (QS. Al A-raf: 176)
Kedua, untuk menguatkan hati Nabi shallallahu -alaihi wa sallam, sebagaimana firman Allah
وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ
Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman” (QS. Huud: 120)
peneguhan hati dengan kisah Al Quran ini selain untuk Rasulullah shallallahu -alaihi wa sallam, juga untuk selain beliau. Betapa banyak para ulama dan orang-orang beriman memetik manfaat dari kisah para nabi dan yang lainnya. Betapa banyak kisah-kisah Quran tersebut menjadi penerang yang memberikan petunjuk kepada manusia
Ketiga, dalam kisah-kisah al Quran terdapat hikmah bagi orang-orang yang berfikir.
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal” (Yusuf: 111)
Keempat, mengambil hikmah dan pesan dari kondisi umat-umat sebelumnya. Jika mereka adalah orang-orang yang binasa, maka umat ini pun perlu diberitahu dan diminta waspada terhadap apa yang membuat umat-umat terdahulu binasa. Jika mereka termasuk orang-orang yang sukses, maka umat ini pun perlu mengambil pelajaran dengan meniti jejak kesuksesan mereka.
Kelima, mengenal bagaimana kemampuan Allah memberikan berbagai macam hukuman kepada orang-orang yang menyimpang, sesuai dengan hikmah yang telah ditetapkanNya
Keenam, mengenal penegakkan hujjah kepada manusia dengan diutusnya para Rasul, dan diturunkannya kitab-kitab. Mengenal bagaimana para umat terdahulu menghadapi Rosul mereka, apa yang terjadi ketika mereka ingkar kepada para Rasul dan apa yang terjadi ketika mereka menerima seruan para Rasul. Sebagaimana yang Allah firmankan setelah menceritakan sejumlah RasulNya:
وَرُسُلًا قَدْ قَصَصْنَاهُمْ عَلَيْكَ مِنْ قَبْلُ وَرُسُلًا لَمْ نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَ وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَى تَكْلِيمًا رُسُلًا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا
“Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung. (Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS. An Nisaa: 164-16
Jazakumullah Khairan Katsiran